Friday, February 1, 2013

Mematikan Logika

Hey, aku hampir di rawat di rumah sakit karena terlalu lama berdiam. Aku gak tau harus berbuat apa saat ingin memikirkan sesuatu selalu kamu yang ada. Semenjak memutuskan mencintaimu, dan umm mendapati fakta bahwa kamu tidak begitu terhadapku yang seringkali aku lakukan adalah diam. Semua orang berfikir aku sudah gila, tapi mereka hanya mengkhawatirkanku. Itu saja sebenarnya.

...

Kamu itu penghancur logika. Mematikan tiap sel di otakku. Entah bagaimana cara kerjanya, aku rasa itu lebih kuat dari zat adiktif apapun. Kamu juga membutakan aku secara perlahan. Lupa bagaimana rasanya bahagia. Dan apakah kita bisa bersama? Mendengar semua kisah ku ini tidakkah kamu ingin memberiku pertolongan pertama?

Selain itu kamu juga seperti racun, menggerogoti tubuhku ini dengan cepat dari dalam. Kamu tidak tau kan kalau aku kini lunglai. Aku seperti kehilangan oksigenku. Kemanapun aku pergi aku terus merasa sesak. Harusnya kamu paham dengan penderitaan ini, tapi tampaknya kamu biasa saja ya menanggapinya. Aku ingin kamu peka kalau aku yaa bisa dikatakan membutuhkanmu. Atau paling tidak kembalikan kinerja otakku, kembalikan logika ku dan pandangan ku yang memudar ini. Caranya? Cukup dengan tidak menjauhiku.

Silahkan saja kau tolak aku, aku tak akan marah. Itu kan hak mu. Tapi jangan jauhi aku. Kamu bagaikan sumber oksigen segar yang di butuhkan paru-paru ini. Bisa tidak kau hanya berjarak sejengkal saja dariku agar aku tidak sesak begini? Kalau kamu terlalu jauh aku khawatir aku mati keracunan karbondioksida karena aku gak mendapatkan oksigenku.

...

Jangan sampai nanti ada orang lain yang membawa tabung dan memasangkan selang untuk mengalirkan oksigen baru untukku. Kalau aku bisa bernapas lega dengannya aku takut kamu menyesal telah melewatkan ku. Jadi jangan jauh-jauh ya. Disini saja, berdiri dengan jarak sejengkal di sebelahku. Dengan begitu, aku bisa bernapas lega dan kamu sendiri tak perlu menjadi orang jahat yakan?

Di Jebak Kisah Lama

Ada banyak orang di luar sana yang bisa segera menemukan cinta baru, dan ada lebih banyak lagi yang tidak bisa menemukan cinta yang baru. Dan tadaaaa aku berada di barisan yang lebih banyak itu. HAHA

Ingin rasanya seperti mereka yg banyak disana. Dan sudah berbagai cara di coba. Tapi apakah ini karakter diriku atau apa? Aku seringkali melirikkan mata ke satu arah. Ya, ke arah yg sama selama beberapa waktu. Pria itu, yang disana itu. Iya dia. Kasian sekali ya aku, hanya aku saja yg memandangnya sedangkan dia tidak.

...

Menjauh sudah aku lakukan dengan harapan bisa bergabung dengan yg banyak, tp lagi-lagi aku masih berada di barisan yang lebih banyak. Huffff.
Kamu sendiri bagaimana?

Aku lihat kamu juga berada di barisan yg sama denganku. Dengan orang yang berbeda pastinya. Apa kamu juga merasa tidak lelah seperti ku? Wajahmu penuh bayang peluh tapi masih tetap berdiri di baris yang sama denganku.

Aku rasa kita punya kesamaan yang identik hehe. Sama-sama tidak bisa move-on. Aku denganmu, kamu dengannya. Terdengar cukup tragis ya. Hmm

Entah kita setia atau bodoh, yang pasti aku begini karena benar menginginkanmu. Aku tak sembarang menancapkan hati begitu dalam seperti ini. Aku tak masalah jika mereka atau kamu sekalipun bilang aku bodoh. Sungguh, tak masalah. Urusan hatiku sendiri aku tak paham kenapa aku begini hihi. Hanya saja aku senang begini tanpa alasan. Jadi aku gak akan cepat berputus asa. Kalo ada alasan, nanti aku malas menunggu mu lama gimana hayo?

...

Oh iya, mengapa tidak kita sama-sama keluar dari baris ini dan membentuk hubungan yang baru. Dengan begitu kita-kita kan jd sama-sama move-on dan tidak perlu terjebak di kisah lama seperti ini.
Mau tidak?

...

Aku sepertinya masih akan agak lama di baris ini. Aku harap kamu juga begitu, supaya aku ada yg menemani dan kamu juga merasakan sesak yang sama sepertiku.

Aku juga melihat kesamaan lain di antara kita. Suka sama-sama (sok) tegar untuk hal ini. Dan lagi-lagi aku denganmu, kamu dengannya. Kita juga masih sama-sama mencari tahu kehidupan si penyebab tak bisa move-on itu. Hmmm, ya masih aku denganmu dan kamu dengannya.

Jadi aku tanya sekali lagi ya, apa kamu gak mau keluar dari baris ini? Kalau kamu mau melangkah keluar pun aku begitu. Kita bisa bergandengan tangan keluar bersama dari garis ini dan membentuk kisah baru. Entah sampai kapan tapi aku ingin menunggumu begitu. Kamu bisa menemui aku di sudut jalan sana jika nanti berubah pikiran, atau kamu bisa mendial nomorku atau mengirim pesan ke ponselku biar aku yang menemui mu saja nanti.

Jangan lama-lama ya. Aku tunggu loh. Jangan bikin aku lunglai terlalu lama menunggu sampai kaki ku ini tidak bisa berdiri. Kalau ada yang memapahku berjalan aku khawatir kamu menyesal nantinya. Aku pastikan aku menunggu mu, tapi tidak untuk selamanya.